Budaya  

Ruwat Bumi Guci, Tasyakuran di Titik Pintu Masuk Istana Antaboga

SLAWI, smpantura – Ruwat Bumi Guci di Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal yang digelar setiap Suro atau Tahun Baru Islam, tahun ini agak berbeda. Upacara Ruwat Bumi Guci dan penyembelihan Kambing Kendit yang biasanya dilakukan di Gunung Kelir Lereng Gunung Slamet itu, dipindah ke lokasi Sungai Kaliewu merupakan pintu masuk menuju Istana Antaboga.

 

Ruwat Bumi Guci diawali ziarah makam Kyai Klitik dan makam Syech Abdul Karim di wilayah Kecamatan Bumijawa pada Jumat (12/7/2024). Setelah itu, dilakukan pensucian Kambing Kendit dan pusaka di lokasi Pancuran 13 Guci Tegal.

 

Selain itu, dalam Ruwat Bumi Guci di Tegal juga digelar Tasyakuran diiringi Tayuban yakni kesenian tari yang mirip dengan Tari Jaipong Jawa Barat dan Gambyong asal Jawa Tengah. Sedangkan dalam Tayuban biasanya dilatunkan tiga buah lagu atau Kidung yang tidak boleh ada penari meliuk gemulai saat musik dimainkan.

BACA JUGA :  Berdiri 1978, Jaran Ebeg Kedawung Tegal Hidup Kembali

 

Untuk panggung Tayuban digelar tepat di lokasi Sungai Kaliewu. konon kabarnya menurut masyarakat dan beberapa tokoh sepuh bila lokasi Kaliewu merupakan pintu masuk menuju Istana Antaboga kala itu. Sebelumnya, upacara Ruwat Bumi Guci dan penyembelihan Kambing Kendit dilakukan di Gunung Kelir Lereng Gunung Slamet Tegal.

 

Cerita masyarakat sekitar, titik tasyakuran merupakan pintu gerbang masuk Istana Antaboga. Antaboga adalah raja ular yang hidup di dasar bumi yang mengasuh Wisanggeni. Perwujudannya adalah naga dengan mahkota memakai badhong berambut dan memakai baju berwarna merahbserta mengenakan kalung emas.

 

Kepala Disporapar Kabupaten Tegal, Akhmad Uwes Quroni dalam sambut upacara dititik kumpul gelaran Ruwat Bumi Guci, bahwa tradisi budaya menjadi salah satu ajang mempererat silahturahmi antar warga masyarakat di dua Kecamatan.

error: