Brebes  

Sedekah Bumi di Terlaya Brebes, Tradisi Syuro yang Jaga Warisan Leluhur dan Satukan Warga

BREBES, smpantura – Ratusan warga Desa Terlaya, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes, menggelar Sedekah Bumi pada Kamis (10/7/2025) sebagai wujud syukur atas rezeki dan keberkahan yang diterima. Tradisi tahunan yang digelar setiap bulan Syuro atau Muharam ini menjadi simbol persatuan dan penghormatan terhadap para leluhur.

Pada acara itu, warga dari berbagai RT berkumpul di halaman rumah masing-masing dengan membawa tumpeng, hasil bumi, serta jajanan pasar. Kegiatan diawali dengan ziarah ke makam leluhur yang terletak di atas bukit, tak jauh dari permukiman warga.

Doa bersama dipimpin oleh tokoh adat setempat sebagai bentuk penghormatan kepada pendiri desa.“Sedekah Bumi ini mengingatkan kami untuk tidak melupakan akar sejarah desa,” ujar Coto Haryanto, tokoh adat Desa Terlaya.

Menurutnya, desa ini dulunya dibuka dari hutan belantara oleh para leluhur yang berjuang menjadikannya kawasan pemukiman. Tradisi ini menjadi refleksi spiritual dan sejarah lokal yang terus diwariskan lintas generasi.

Usai ziarah, warga menggelar kirab budaya dari balai desa menuju lapangan utama. Iring-iringan meriah ini diisi oleh anak-anak berpakaian adat, para ibu yang membawa bakul berisi jajanan tradisional, serta tumpeng-tumpeng hasil bumi dari tiap RT. Musik tradisional calung dan angklung mengiringi prosesi tersebut, menciptakan suasana khas pedesaan yang hangat dan meriah.

BACA JUGA :  Pelaku Tawuran Kelompok Remaja Diringkus Polisi

Sejumlah siswa SD pun ambil bagian dengan memainkan alat musik angklung, menambah semangat kebersamaan antargenerasi. Setibanya di lapangan desa, puluhan tumpeng ditata rapi sebelum acara dilanjutkan dengan santunan kepada anak yatim, dhuafa, dan lansia.

Kepala Desa Terlaya, Ujang Muhaemin, mengungkapkan rasa syukurnya karena warga masih antusias menjaga tradisi, meski tantangan zaman semakin kompleks.“Tradisi ini bukan sekadar budaya, tapi juga ruang silaturahmi dan kebersamaan. Kita gotong royong masak, kirab, dan makan bareng,” kata Ujang.

Acara diakhiri dengan doa bersama dan makan tumpeng secara massal. Semua warga, tanpa memandang latar belakang sosial, duduk bersila menikmati sajian nasi kuning lengkap dengan lauk-pauk dan hasil kebun—simbol kebersamaan dan kesederhanaan yang menjadi ciri khas desa.(**)

error: