BREBES, smpantura– Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Brebes, menyebabkan belasan hektare (ha) tanaman bawng di Kecamatan Wanasari, terendam banjir, kemarin. Akibatnya, para petani terancam gagal panen, karena bawang merah mudah mati jika terendam banjir.
Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Juwari mengatakan, tanaman bawang merah yang terendam banjir di Kecamatan Wanasari, tersebar di lima desa. Yakni, Desa Sisalam, Desa Lengkong, Desa Sidamulya, Desa Jagalempeni, dan Desa Glonggong. Di Desa Sisalam misalnya, ada sekitar 2 ha yang terendam. Kemudian, di Sidamulya 5 ha, Lengkong 3,5 ha dan Glonggong 1 ha. “Totalnya ada 14,5 ha tanaman bawang yang terendam banjir. Tanaman ini rata-rata berusia usia 25 hari. Kalau terendam lama, tanaman akan mati, karenanya kami akan melakukan panen dini,” ujarnya.
Menurut dia, kerugian yang ditimbulkan hingga kini belum bisa ditaksir. Banjir yang merendam lahan bawang merah bukan saat ini, tetapi sering terjad. Bahkan, saat bulan Agustus yang lalu mencapai puluhan ha, dengan kerugian mencapai miliaran rupiah. “Pemicu banjir saat hujan deras, salah satunya adanya penyempitan aliran Sungai Layapan yang berada di bawah jalan Tol Pejagan – Pemalang, yang berada di Desa Sidamulya sehingga menyebabkan aliran air sungai tidak lancar,” ungkapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, petani sebenarnya sudah kesal karena tidak pernah ada tanggapan baik dari Pemkab Brebes maupun pihak pengelola tol untuk dilakukan normalisasi. “Hasil kesepakatan para petani, jika tidak segera dilakukan normalisasi oleh pihak tol maupun pemkab, kami mengancam akan melakukan pemblokiran jalan di tol. Wajar bila petani marah karena lahan persawahan selama ini menjadi penopang hidup bagi petani bawang merah di Kabupaten Brebes,” tandasnya.
Kepala Cabang Operasional PT Pejagan Pemalang Tol Road (PPTR) Ian Dwinanto mengatakan, sebetulnya petugas sedang melakukan pembersihan saluran dan sungai di wilayah tol. Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Pemkab Brebes untuk pelaksanaan kegiatan tersebut. Sesuai berita acara kesepakatan 1 September lalu, pengerjaan khusus di Sungai Layapan itu, akan dilakukan bersamaan antara pemeliharaan saluran sepanjang ROW tol dan pemeliharaan oleh Dinas Pertanian. Sehingga seluruh sedimen yang ada di sepanjang saluran dapat terangkat, dan tidak hanya di dalam saluran yang ada d ROW. “Kita sudah mendahului dari berita acara tersebut, dan sudah berjalan seminggu yang lalu,” pungkasnya. (T07_red)