SLAWI, smpantura – Di era digital society 5.0, aktivitas dakwah yang semula hanya mengandalkan orasi verbal atau lisan di atas mimbar melalui ceramah, pada perkembangan selanjutnya juga dilakukan lewat pendampingan kegiatan untuk menginternalisasikan pesan-pesan keagamaan dalam kehidupan riil masyarakat.
Hal ini disampaikan Bupati Tegal, Umi Azizah di hadapan ratusan santri Lirboyo dan Al-Falah Ploso saat menutup acara program advokasi dan dakwah, yang diselenggarakan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Tegal, di Rumah Dinas Bupati Tegal, Senin (21/3/2023).
Umi menuturkan, kegiatan dakwah Islam erat kaitannya dengan aktivitas sosial kemasyarakatan. Namun seiring dengan dinamika kehidupan masyarakat modern, metode dakwah Islam pun telah mengalami transformasi atau pengembangan.
“Jika dulu metode dakwah hanya berpatokan pada al hikmah, mauidzah hasanah dan mujaddalah, maka sekarang ada unsur kontekstual dimana ajaran Islam dikaitkan dengan konteks waktu dan tempat,” kata Umi.
Dengan demikian, dakwah ini akan berfungsi sebagai alat dinamisator dan katalisator perubahan yang terjadi di masyarakat. Kompleksitas kehidupan di masyarakat menuntut adanya ruang gerak dakwah yang lebih fleksibel, termasuk adanya digitalitasi dan perkembangan teknologi informasi.
Di era sekarang, lanjut Umi, berdakwah sudah jamak dilakukan di media sosial lewat unggahan konten kreatif. Tidak sekedar mengonversi dakwah konvensional ke format digital lalu mengunggahnya ke media sosial, tapi sudah harus menyajikannya lebih menarik dengan memperhatikan aspek visual, audio, serta pesannya yang ringkas juga mudah dipahami.


