SLAWI, smpantura – Belum lama ini Bupati Tegal meluncurkan penggunaan produk lokal Kabupaten Tegal sebagai bagian dari pakaian dinas harian (PDH) aparatur sipil negara (ASN), di antaranya batik Tegal, kain ecoprint dan batik ciprat. Penggunaan produk lokal ini dalam rangka mendukung geliat perekonomian daerah sekaligus memberdayakan UMKM di daerah.
Kebijakan tersebut disambut baik, oleh penyandang disabilitas yang selama ini aktif membuat batik ciprat. Mereka berharap kebijakan tersebut juga berpihak kepada mereka dan bukan sebaliknya. Sebab, saat ini mereka menemukan batik ciprat dipasarkan dengan harga lebih murah dibanding buatan penyandang disabilitas.
Kepala UPTD Loka Bina Karya (LBK) Kabupaten Tegal Patriawati Narendra menuturkan, persaingan harga tersebut akan berdampak pada nasib penyandang disabilitas . Padahal pembuatan batik ciprat mulanya bertujuan meningkatkan kesejahteraan penyandang disabilitas yang selama ini kesulitan memperoleh pekerjaan.
Untuk itu, ia meminta kepada Pemkab Tegal memberikan solusi dan perlindungan terhadap pemberdayaan difabel Kabupaten Tegal, khususnya batik ciprat buatan difabel dari tiga komunitas, Yakni Komunitas Desa Bulakpacing, Dukuhsalam dan Bogares Kidul.
“Dengan adanya perhatian pemerintah, pemberdayaan difabel terus berlanjut, tidak tergerus oleh kompetitor-kompetitor masyarakat umum, yang merusak harga,”jelasnya, Selasa (26/9/2023) saat ditemui di Kantor Dinas Sosial Kabupaten Tegal.
Wanita yang akrab disapa Nana ini menyebutkan, batik ciprat buatan penyandang disabilitas dari tiga komunitas tersebut dipasarkan dengan harga Rp150.000. Sementara dari kompetitor dipasarkan dengan harga mulai Rp80.000 sampai Rp 110.000.
Menurutnya, sesuai dengan amanah Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, bahwa komunitas ini wajib difasilitasi dan diberikan perlindungan, sehingga kebijakan daerah harusnya bisa mengayomi komunitas disabilitas.
Pemberdayaan kaum disabilitas melalui pembuatan batik ciprat, diakuinya mengalami jatuh bangun. Diawali dengan program Kemensos berupa pelatihan pembuatan batik ciprat dengan dana Rp68 juta, yang diikuti disabilitas intelekstual. Selanjutnya terbentuk komunitas batik ciprat Desa Bulakpacing dan Dukuhsalam.
“Dua komunitas ini langsung bertumbuh dengan teseok-seok tanpa adanya bantuan dari pemerintah baik bantuan modal dan lainnya. Akan tetapi mereka terus bertumbuh dan eksis untuk produksi batik ciprat. Muncul lagi komunitas batik ciprat di Bogares Kidul. Alhamdulillah Pemdes sangat peduli sekali dengan difabel,”sebutnya.
Patriawati menuturkan, pada akhir Desember 2022 lalu, pihaknya menjajaki kemungkinan kerjasama dengan bank milik Pemkab Tegal. Hal ini dilakukan agar penyandang disabilitas bisa mendapat modal dan tidak terbebani bunga bank. Pemasaran batik ciprat juga akan dilakukan satu pintu di bank milik Pemkab Tegal.
Pendamping Difabel Kabupaten Tegal Indra Erafani menyatakan prihatin dengan adanya kompetitor yang meniru batik ciprat tapi harga dan kualitasnya jauh di bawah batik ciprat buatan disabilitas. Menurutnya batik ciprat memiliki corak abstrak yang unik.
“Yang ditemukan dari kompetitor, batik cipratnya ternyata cap yang hanya diciprat-ciprat, ”jelasnya.
Indra menambahkan, adanya peluncuran penggunaan produk lokal Kabupaten Tegal sebagai PDH ASN diharapkan memberdayakan disabilitas intelektual yang selama ini kesulitan mendapat pekerjaan. (T04-Red)