Tegal  

Gus Muwafiq Ingatkan Lagu ‘Gundul-gundul Pacul’ untuk Paslon Uyip-Satori

TEGAL, smpantura – Para wali zaman dahulu menggunakan lagu ‘Gundul-gundul Pacul’ untuk mengingatkan para pemimpin yang melakukan kekeliruan dalam kepemimpinannya maupun mengingatkan pelaksanaan pemilihan umum atau Pemilu.

“Poro wali nek ngelingke pemimpin sing keleru iku gampang (Para wali kalau mengingatkan pemimpin yang keliru itu mudah). Corone poro wali nek ngelingke Pemilu kuwi mung nganggo (Cara para wali untuk mengingatkan Pemilu itu memakai), Gundul gundul pacul cul, Gemblengan,
Nyunggi nyunggi wakul kul, Gemblengan, Wakul ngglimpang segane dadi sak latar, Wakul ngglimpang segane dadi sak latar,” tutur Gus Muwafiq saat mengisi pengajian akbar di Kota Tegal, Minggu malam (27/10/2024).

Hadir dalam kegiatan tersebut, Ketua Himpunan Santri Nahdlatul Ulama (Hisnu) Kota Tegal, H. Edy Suripno yang juga calon wali kota Tegal, didampingi Calon Wakil Wali Kota Tegal, H. Akhmad Satori.

Menurut Gus Muwafiq, gundul itu berarti sirah, endas atau kepala, yang mana memiliki empat indra seperti mripat (mata), irung (hidung), lambe (mulut) dan kuping (telinga).

Mata digunakan untuk melihat, telinga untuk mendengarkan, mulut untuk memberi pitutur dan hidung digunakan untuk mencium.

BACA JUGA :  Poltek Harber Jadi Rekomendasi Kampus di Jawa Tengah

Keempat indra itu tidak boleh lepas. Sebab mata tidak boleh melihat penderitaan rakyat, telinga tidak boleh mendengar penderitaan rakyat, mulut tidak bisa memberi pitutur dan hidung tidak bisa mencium bau kesengsaraan rakyat. Jika keempat indra itu lepas, maka gundulnya gembelengan.

“Gundul nyunggi wakul (kepala memikul amanah) kok gembelengan, maka wikulnya ngglimpang segane dadi sak latar (maka amanahnya kocar-kacir). Makane sesuk nek sampeyan melanggar perkorone rakyat, tak klumpukne meneh nganggo (Jika nanti anda melanggar perkara rakyat, maka akan saya ingatkan menggunakan) lagu ‘Gundul-gundul Pacul’,” katanya.

Dalam tausiyah lanjutannya, Gus Muwafiq juga mengingatkan kondisi saat ini yang ditarik mundur dengan kebiasaan orang jawa yang berkaitan erat dengan sanepo lagu-lagu. Seperti halnya lagu ‘E, Dayohe Teko’ yang menjadi lagu mainan khas di Pulau Jawa.

Lagu itu memberi pesan kepada semua, khususnya sesama manusia agar selalu ikhlas dan siap untuk mengambil keputusan yang tepat tentang masalah apapun yang dihadapi. **

error: