BREBES, smpantura – Situs Bumiayu menyimpan kekayaan sejarah yang luar biasa, salah satunya fosil manusia purba yang ditemukan di kawasan ini.
Fosil yang lebih tua dari yang ditemukan di Sangiran ini menjadikan Brebes sebagai salah satu wilayah dengan potensi sejarah yang sangat besar. Namun, potensi ini masih menghadapi tantangan besar dalam hal pelestarian dan pengelolaan yang maksimal.
Dalam diskusi bertajuk “Meniti Jejak Peradaban Kebudayaan Manusia Bumiayu” di Desa Galuhtimur, Kecamatan Tonjong, Brebes, Minggu (12/1), Agung Widyantoro, Anggota DPR RI dari Partai Golkar, menegaskan dukungannya terhadap pelestarian dan pengembangan situs Bumiayu.
Menurutnya, fosil manusia purba di Bumiayu bukan hanya nilai sejarah yang luar biasa, tetapi juga memiliki potensi besar yang belum digali secara optimal.
“Fosil manusia purba di Bumiayu ini lebih tua dari yang ditemukan di Sangiran. Ini menunjukkan bahwa Brebes memiliki kekayaan sejarah luar biasa. Kita semua, mulai dari masyarakat hingga pemerintah, harus bahu-membahu mengelola potensi ini agar memberikan manfaat,” kata Agung.
Selain itu, Agung juga menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi penjaga situs yang sering terabaikan. Mereka, menurutnya, merupakan garda terdepan dalam upaya pelestarian situs, namun jarang mendapatkan perhatian yang layak. Agung berjanji akan memperjuangkan kesejahteraan para penjaga situs ini di tingkat DPR. “Ini akan menjadi prioritas kami,” ujarnya.
Diskusi tersebut dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Brebes, Caridah, serta Kepala SD/SMP dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran IPS, pelestari situs dan Pokdarwis Kampung Purba Galuhtimur.
Dalam kesempatan yang sama, Bonnie Triyana, Anggota DPR RI sekaligus seorang sejarawan dari PDI Perjuangan, juga menekankan pentingnya perlindungan terhadap Situs Bumiayu. Menurut Bonnie, kawasan ini harus segera ditetapkan sebagai Cagar Budaya sesuai dengan UU Nomor 11 Tahun 2010.
“Pelestarian fosil dan artefak harus diiringi dengan strategi pengembangan ekonomi. Jika Galuhtimur menjadi desa wisata yang mapan, dampaknya akan langsung dirasakan oleh masyarakat lokal,” ujar Bonnie.
Bonnie juga mengusulkan pengembangan ekonomi berbasis kebudayaan melalui festival budaya dan edukasi masyarakat. “Dengan banyaknya temuan fosil, Brebes Selatan memiliki potensi menjadi pusat pelestarian budaya sekaligus mendukung pengembangan pariwisata,” katanya.
Namun, tantangan terbesar tetap terletak pada pengelolaan yang belum optimal. Abdul Kholiq, Anggota DPD RI, mengingatkan bahwa pengelolaan yang buruk dapat menurunkan potensi pariwisata yang dimiliki Situs Bumiayu. “Budaya adalah kekuatan pariwisata. Namun, tanpa ekosistem yang baik, wisatawan bisa kecewa. Contohnya Dieng, yang luar biasa, tapi banyak pengunjung kapok karena parkir mahal,” ungkapnya. **