-Terapi Pencegahan TB Perlu Dimaksimalkan
SLAWI, smpantura – Sebanyak 3.858 kasus tuberkulosis (TB) ditemukan di Kabupaten Tegal sejak Januari hingga 21 Desember 2022. Jumlah temuan ini lebih banyak dari estimasi kasus yang sebanyak 3.858 kasus atau mencapai 101,18 persen.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Ruszaeni pada saat konferensi pers pernyataan bersama optimalisasi kasus dan komitmen penanggulangan tuberkulosis di Kabupaten Tegal yang dilaksanakan di Hotel Grand Dian, Slawi, Jumat (23/12).
Menurut Ruszaeni, penyakit TB tidak hanya menjangkiti orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Dari 3.858 kasus TB yang ditemukan, didalamnya terdapat 699 anak-anak tertular penyakit tersebut.
Dengan tingginya kasus TB di Kabupaten Tegal, Dinas Kesehatan, DPRD dan SSR TBC Komunitas Mentari Sehat Indonesia berkomitmen memaksimalkan penemuan kasus baru dan menekan seminal mungkin penderita yang drop out (DO) dari pengobatan pada tahun 2023 mendatang.
Dengan upaya tersebut, diharapkan kasus TB menjadi terkendali.
Ruszaeni menyebutkan, TB menjadi prioritas penanganan mengingat tingkat penularannya yang cepat.
“Penularan TB melalui udara, penularan sangat tinggi, tidak kenal masa dan waktu, bisa menular kemana saja dari anak-anak sampai orangtua,”jelasnya.
Kendati demikian, penanggulangan penyakit TB butuh peran berbagai pihak. Beberapa kendala dalam penanggulangan yang ditemui di lapangan diantaranya masyarakat menganggap TB penyakit biasa, pengobatannya lama setidaknya butuh waktu 6 bulan, jumlah obat yang harus diminum dan stigma masyarakat.
Ketua SSR TBC Komunitas Mentari Sehat Indonesia Abdul Ghofar Ismail mengatakan, dengan tingginya temuan kasus TBC pada anak, diharapkan terapi pencegahan TBC (TPT) dilakukan maksimal.
“Bila satu rumah ada yang ternotifikasi TB, maka wajib balita yang ada di rumah itu mendapat layanan TPT,”jelasnya.
Sementara itu, Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Tegal Acmad Jafar mengungkapkan, untuk tahun anggaran 2023 Pemerintah Kabupaten Tegal menganggarkan sebesar Rp 3,6 miliar untuk penanggulangan TBC.
“Selain angka kasus diatas, kasus drop out (DO) juga tinggi, harus ada sosialisasi kepada masyarakat sekitar bahwa TBC itu bisa disembuhkan dan bukan aib,” ujar Jafar.
Kepala Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Ari Dwi Cahyani menuturkan, data Dinas Kesehatan, sampai 21 Desember 2022 terdapat estimasi terduga TB sebanyak 17.855 kasus, sedangkan capaian terduga TB diperiksa sebanyak 16.003 kasus (89 persen).
Sesuai estimasi kasus TB sebanyak 3.851 dan sebanyak 3.858 yang ternotifikasi kasus TB (100,18 persen). Selain itu terdapat TB resisten obat (RR/MDR) sebanyak 62 kasus , dengan 53 kasus sudah diobati.
Sementara itu, TB HIV yang ditemukan sebanyak 49 kasus dan TB anak sebanyak 669 kasus. Ari menyebutkan, sepanjang 2022 ditemukan 123 kematian akibat TB. Kematian akibat TB disebabkan putus berobat atau saat ditemukan sakitnya sudah parah dan mengalami komplikasi.
Adapun angka keberhasilan pengobatan sebesar 82,03 persen. “Keberhasilan pengobatan harusnya 90 persen, kita belum mencapai itu baru 82,03 persen. Karena ada 12 persen yang tidak mau melanjutkan pengobatan karena berbagai alasan,”sebutnya.
Turut menandatangani pernyataan bersama optimalisasi kasus dan komitmen penanggulangan tuberkulosis di Kabupaten Tegal Ketua Komisi IV, Kepala Dinkes, Sub Koordinator P2P , KOPI TB, RSI PKU Muhammadiyah, MK DPPM SSR MSI Kabupaten Tegal , Bappeda dan Litbang, Ketua SSR MSI , RS Harapan Sehat Slawi serta FA SSR MSI Kabupaten Tegal. (T04-Red)
Baca Juga