Kena Teror Saat KKN di Desa Sebuah Kaki Gunung

Jawaban itu membuat Bella penasaran dan bertanya kembali.

“Emang kenapa pak?,” tanya Bella.

“Ohw ndak apa-apa, soalnya rumah itu sudah kosong dari lama,” jawab perangkat desa itu.

“Oya pak, makasih,” sahut Bella.

Mendengar percakapan ini, perangkat desa lain ikut nimbrung. Ia memperingati agar para mahasiswa KKN yang tinggal di rumah itu, nantinya untuk aktivitas mandi dan di dapur jangan sampai melebihi waktu magrib.

“Nanti kalau tinggal di rumah itu, aktivitas di dapur dan mandinya jangan sampai melebihi magrib ya mba,” ucap perangkat desa lainnya.

“Oh iya pak, oke,” jawab Bella bersama mahasiswa lainnya.

Usai bincang-bincang, Bella dan teman-teman sekampusnya pun izin pulang ke posko KKN. Rumah yang dijadikan posko ini berada diujung desa. Di rumah ini terdapat tiga kamar dan satu ruang tamu. Lokasi dua kamar berada di sebelah ruang tamu. Sedangkan satu kamar lainnya berada di bagian belakang, dan tersekat sebuah tembok. Dari tiga kamar itu, mereka membagi dua kamar di depan untuk mahasiswa perempuan, dan satu kamar di belakang untuk mahasiswa laki -laki.

BACA JUGA :  Bertemu Kuntilanak Menimang Bayi Penunggu Gang

Setelah membersihkan posko, dan menata barang bawaannya, malam itu ke-12 mahasiswa KKN akhirnya beristirahat. Di hari pertama KKN dan tinggal di posko, mereka tidak merasakan keanehan apa pun. Kegiatan KKN juga berjalan lancar-lancar saja. Namun menginjak di hari ke-9, keanehan mulai dirasakan. Berawal saat beberapa mahasiswa belanja di warung warga di sekitar posko. Saat berbelanja itu, pemilik warung yang kebetulan tetangga posko, menanyakan kondisi mahasiswa yang menempati rumah tersebut.

“Mba, gimana ? ada yang aneh-aneh tidak,” tanya ibu pemilik warung.

error: