Tegal  

Kritik Kebijakan Pandemi Covid 19

BEDAH BUKU : Budayawan Atmo Tan Sidik (tengah) saat memandu bedah buku bertajuk ''Mati Ketawa Ala Tegal'' bersama empat nara sumber atau ''pembedah'' lainnya, di Aula YPP Kampus UPS Tegal, Kamis (22/12).

Di bagian awal, Imawan juga mengungkapkan buku dengan judul serupa ”Mati Ketawa Ala Rusia” dengan judul asli Russia Dies Laughing dengan editor Z Dolgopolova. Menurut dia, meski ada kesamaan dalam judul yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, tapi secara isi jauh berbeda. Apalagi cara-cara satire yang dituangkan penulisnya, cukup memberi makna, bagaimana ada sebuah kenyataan ”Mati Ketawa Ala Tegal”.

Hal menarik dari buku tersebut, menurut Imawan Sugiharto, penulisnya cukup jeli dalam merekam kejadian di lapangan, atas kebijakan pemortalan masuk Alun-Alun mulai pukul 17.30 hingga pukul 24.00. Juga cara menuangkan kritikan atas kebijakan itu, dengan cerita dan bahasa yang cukup bervariasi.

Buku setebal 213 halaman pun, menjadi diskusi menarik saat dibedah. Moderator budayawan dan sastrawan Atmo Tan Sidik, cukup lihai dalam menempatkan siapa yang berbicara terlebih dahulu dari empat sosok ”Pembedah” buku tersebut. Mereka adalah anggota DPRD Kota Tegal Edi ”Uyip” Suripno SH MH, pemerhati kebijakan publik dan pembangunan Abdulah Sungkar MT, Kaprodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UPS Tegal Leli Triana MPd, dan penyair, penulis buku, kolumnis yang juga Rektor Universitas Bhamada Slawi Dr Maufur MPd.

BACA JUGA :  Wisata Pantai di Tegal Porak Poranda Diterjang Ombak

Sorotan Tajam

Bedah buku pun bergeser tajam kearah sorotan tajam atas kebijakan Wali Kota Tegal, saat penganganan Pandemi Covid 19 dan revitalisasi Jl Ahmad Yani. Leli Triana awalnya membeberkan tentang sepak terjang orang Tegal yang cukup gigih dalam memperjuangkan ketidakadilan yang dialami. Dia menukil sebuah ungkapan khas warga pesisir pantura barat itu,” Banteng Loreng Binoncengan”, juga fungsi alun-alun dari masa Amangkurat I hingga kini.

error: