Uyip dengan bahasa yang halus, mengungkapkan bagaimana akhirnya orang Tegal harus dipimpin sosok yang kurang merespon keluh kesah warganya. Wakil Wali Kota Tegal Jumadi yang hadir dalam bedah buku itu pun, cukup tersenyum melihat kritikan yang terlontar. ”Nah, peran DPRD sebenarnya cukup banyak. Sudah sering menyampaikan tentang kebijakan pemortalan ini. Tapi Wali Kota kurang merespon,” ucap dia.
Atmo Tan Sidik pun menambahkan, ada sekitar 15 halaman yang bercerita tentang bagaimana DPRD Kota Tegal dalam menyikapi kebijakan yang dinilai menggelisahkan warganya, berkait dengan pemortalan alun-alun dan revitalisasi sepanjang Jl Ahmad Yani.
Krtitik pedas pun akhirnya meluncur dari sosok Abdulah Sungkar. Mantan anggota DPRD dari PAN itu cukup jeli dalam menyoroti pemortalan dan revitalisasi sebuah kota. Menurut dia, Jl Ahmad Yani yang dulu lebar, kini berubah menjadi sempit, dan banyak pedagang kaki lima atau lesehan yang harus menyingkir dari lokasi itu.
Dr Maufur, cukup berbeda dalam menyikapi terbitnya buku tersebut. Meski cukup banyak hal-hal menarik dan lucu dalam buku itu, tapi ada satu alur cerita yang layak dipertanyakan. Dia menyebut di halaman 148 di sub judul ”Menghalangi Ibadah”.
Menanggapi semua ”Pembedah ” itu, Ahmad Zaini Bisri justru berterimakasih. Dia mengakui, meski pernah jadi editor surat kabar, penulis buku, kesalahan maupun kekurangan dalam penulisan buku tersebut tetap ada. ”Ini masukan penting, semoga bisa menjadi hal lebih baik lagi,” ucap dia.
(RiyonoToepra)