SLAWI, smpantura – Dewan Kebudayaan Kabupaten Tegal bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI menggelar Dialog Budaya Gendhu-Gendhu Rasa Kethek Raksasa di halaman Gedung Rakyat Slawi, Selasa malam (17/9/2024). Kegiatan itu dimaksudkan untuk menghidupkan kembali hewan purba Kethek Raksasa (gigantopithecus) dalam kehidupan sehari-hari.
Dialog Budaya yang dimeriahkan dengan Wayang Pring dihadiri Kepala Pusat Riset Arkeometri BRIN Dr Sofwan Noerwidi, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tegal Fakihurrohman, Seniman Tegal Imam Joend, Praktisi Industri Kreatif Edi Kurniawan, Tegal History Bank Jack, dan Budayawan Teguh Puji H.
“Kita mengembangkan berbagai macam produk kreatif dan juga memberikan kontribusi yang signifikan bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Melalui seni, literatur dan teknologi dapat menghidupkan kembali hewan purba gigantopithecus dalam kehidupan sehari-hari,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tegal Fakihurrohman.
Ia menjelaskan, menghidupkan kembali Kethek Raksasa dilakukan dengan membuat film dokumenter atau membuat aplikasi kehidupan hewan purba tersebut. Selain itu, juga membuat game edukasi dan membuat robot yang terinspirasi dari bentuk tubuh dan kekuatan gigantopithecus.
“Gigantopithecus tidak hanya sebagai obyek penelitian ilmiah, tapi juga sumber inspirasi bagi seniman, penulis dan inovator untuk menciptakan karya-karya bernilai tinggi bagi masyarakat,” harapnya
Kepala Pusat Riset Arkeometri BRIN Dr Sofwan Noerwidi menjelaskan, spesimen gigantophitecus Semedo adalah temuan pertama dan satu-satunya di Indonesia sampai saat ini. Bahkan pertama kali di kawasan tropis pada umumnya. Tiga spesimen Gigantopithecus sebelumnya ditemukan di China Selatan dan Vietnam Utara (Gigantopithecus blacki), dan Gigantopithecus Bilaspurensis dari Pakistan utara.
Rentang waktu kehidupan Gigantopithecus ini antara kala Miosen Akhir hingga Plestosen Tengah. Spesies pertama adalah Gigantopithecus Bilaspurensis berumur 7,5 juta tahun.
“Spesimen Semedo 3417 berupa fosil mandibula (rahang) dan gigi geligi primata besar jenis Gigantopithecus (kingkong) yang ditemukan di Situs Semedo,” katanya.
Dijelaskan, ada dua temuan paling penting dari Situs Semedo dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Pertama, temuan spesimen atap tengkorak Homo Erectus, yang praktis menyatu dengan sebuah bongkahan batu pada 2011. Kedua, temuan dua spesimen mandibula (rahang) berukuran besar dan enigmatik pada 2014.
“Analisis lengkap membuktikan kedua mandibula dari dua individu berbeda itu milik primata besar gigantopithecus,” terangnya.
Baca Juga