TEGAL, smpantura – Ribuan nelayan tradisional di Kota Tegal, Jawa Tengah, mengeluhkan sedimentasi muara sungai yang berlangsung sejak puluhan tahun.
Ironisnya, mereka hanya bisa pergi untuk beraktivitas pada saat terjadi air pasang laut.
Pendangkalan itu terjadi di Kali Bacin, Jalan Layang, Kelurahan Tegalsari, Kali Muara Anyar, Kelurahan Muarareja dan Kali Sibelis, Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat.
Ketua KUD Karya Mina Tegal, H. Riswanto, Senin (16/9/2025) mengatakan, terdapat 3.519 nelayan anggota KUD yang terdampak pendangkalan muara sungai.
“Mereka yang menggantungkan hidupnya di laut hanya bisa memanfaatkan air pasang. Karena kondisi pendangkalan di tiga muara sungai semakin tidak terkendali,” katanya.
Dijelaskan dia, berbagai upaya sudah dilakukan untuk mengatasi pendangkalan, mulai menitipkan aspirasi kepada anggota DPRD Kota Tegal, melakukan aksi damai hingga bersurat ke Gubernur Jawa Tengah hingga Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Bahkan, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo pada saat itu sempat meninjau lokasi Kali Bacin. Namun, belum ada solusi pasti yang dilakukan pemerintah.
“Beberapa waktu lalu juga sempat ada pengerukan dari salah satu calon anggota legislatif (caleg). Tapi tidak bertahan lama, karena memang dibutuhkan penanganan khusus,” jelasnya.
Untuk pengerukan, lanjut Riswanto, dibutuhkan setidaknya anggaran sekitar Rp 300 juta.
Dia berharap, dalam momentum Pilkada serentak, para pasangan calon bakal gubernur Jateng maupun wali kota Tegal, dapat memberikan perhatian kepada masyarakat khususnya nelayan.
“Siapapun pemimpin daerah, kami berharap ada yang memperhatikan nasib nelayan tradisional, khususnya di Kota Tegal,” harapnya. (T03_red)
Baca Juga