Oleh : Agustyarsyah
PJ Bupati Tegal
SLAWI, smpantura – Bulan Oktober merupakan momen penting bagi Museum Semedo, yaitu memperingati berdirinya dalam usianya yang ke-2 tahun. Di umurnya yang masih sangat baru, Museum Semedo melambungkan satu harapan besar yang akan mengangkat Kabupaten Tegal di kancah global. Apa itu? Salah satu koleksi yang fenomenal di Museum Semedo adalah ditemukannya fosil primata raksasa yakni jenis Gigantophithecus, masyarakat Tegal menyebutnya sebagai “Kethek Raksasa”. Oleh para pegiat seni dan budaya, untuk memacu kreativitas anak muda, kemudian disematkan panggilan unik “Si Opith”.
Temuan Gigantophithecus menjadi bukti nyata bahwa di Kabupaten Tegal, tepatnya di desa Semedo, pernah menjadi sebuah lintasan sejarah yang berharga bagi dunia ilmu pengetahuan. Di duga, Gigantophithecus adalah jenis primata berukuran besar dan hanya satu-satunya di wilayah Asia Tenggara. Secara riset ilmiah, fosil sejenis yang telah teridentifikasi secara valid ada di negara Tiongkok.
Peneliti, aktivis lingkungan, pegiat seni dan budaya, dan mahasiswa Kabupaten Tegal sudah semestinya membuat narasi bersama agar temuan-temuan yang ada mendapatkan perhatian Ilmuwan-ilmuwan dunia agar validasi ilmiah atas fosil-fosil yang ada semakin kuat. Sehingga, ke depan, bukan tidak mungkin Semedo akan menjelma sebagai kawasan khusus sekelas Sangiran yang telah lebih dulu ada. Atau, sangat boleh jadi ada ketersambungan sejarah antar keduanya. Inilah peluang besar objek kajian yang bernilai akademik luar biasa.
Dilihat dari nilai kelangkaannya, sangat mungkin warisan sejarah Gigantophithecus ini dapat diakui oleh dunia Internasional, tepatnya oleh UNESCO. Untuk menangkap peluang ini, diperlukan kolaborasi yang apik dari banyak elemen. Tulisan ini adalah ajakan penulis sebagai PJ Bupati Tegal kepada seluruh elemen masyarakat untuk menggaungkan narasi besar, melalui berbagai cara, artikel, pemberitaan, video dokumenter, fiksi ilmiah, pertunjukkan teater, cerita anak-anak, dan lain sebagainya untuk bersama-sama meyakinkan dunia luar, khususnya masyarakat akademis agar tertarik mengkaji lebih dalam temuan-temuan fosil di Museum Semedo agar tingkat validasi ilmiahnya semakin kuat.
Momentum pameran kontemporer yang bertajuk “Wanara Seba”, yang tengah berlangsung di Taman Rakyat Slawi Ayu (TRASA), menghadirkan Museum Semedo lebih dekat dengan masyarakat. Beragam pameran inilah yang diharapkan menjadi pemantik untuk terus-menerus melakukan publikasi yang dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat dan media dalam menyuarakan pentingnya temuan-temuan fosil di Semedo sebagai kajian akademik yang bisa memperkaya catatan-catatan jurnal baik nasional maupun internasional.
Temuan sang “Kethek Raksasa” ini tidak sendiri. Semedo benar-benar menyimpan tambang pengetahuan yang kaya. Sebut saja fosil manusia purba Homo Erectus Semedoensis (SMD-1). Dari laporan pengelola Museum Semedo, temuan arkeologis manusia purba Semedo meninggalkan jejak budaya yang tidak ada di tempat lain, yaitu artefak yang dibuat dari batu koral kersikan khas Semedo.
Selain itu, di Semedo telah ditemukan pula fosil gajah purba Sinomastodon, Stegodon, hingga Elephas. Menurut hipotesis yang yang berkembang, fosil ini merupakan nenek moyang gajah Sumatera. Ada juga fosil Sinomastodon dan Hexaprotodon (kuda nil purba). Data lain menunjukkan bahwa di Semedo, fosil-fosil yang telah membatu seperti hiu, kerang dan siput, buaya sungai dan muara, kura-kura, kuda air (kuda nil), hyaena, antelope, epileptobos, Duboisia santeng, banteng, dan pongo (nenek moyang orangutan), mengandung riwayat geologi yang mengagumkan.
Semedo, sekali lagi, merupakan wilayah yang memiliki kandungan kekayaan purba yang sangat penting menjadi bagian lintasan garis sejarah dan merentangkan perjalanan kebudayaan kuno yang bernilai tinggi bagi perkembangan ilmu arkeologi, paleontologi, geologi dan cabang-cabang ilmu pengetahuan lainnya. Semedo purba dapat disejajarkan dengan situs dan kawasan prasejarah lainnya, misalnya Kawasan Sangiran yang lebih dulu dikenal oleh publik.
Akhirnya, saya ingin mengatakan bahwa Kabupaten Tegal sungguh-sungguh memiliki warisan kekayaan yang nilainya sangat berharga. Khusus Semedo, dengan temuan-temuan yang ada telah menunjukkan bukti sebagai area yang pernah mengalami evolusi lingkungan laut, rawa, hingga menjadi daratan dalam kurun jutaan tahun yang lalu. Sayang sekali jika potensi informasi ini tidak menjadi objek riset ilmiah yang mengokohkan eksistensi Museum Semedo sabagai salah satu situs museum penting berskala global.