SLAWI, smpantura – Persoalan sampah di Kabupaten Tegal masih menjadi PR besar. Kendati telah dijalankan program Desa Merdeka Sampah di sejumlah desa, namun belum mampu mengatasi persoalan sampah. Pemkab Tegal diminta untuk belajar ke Kabupaten Banyumas untuk pengelolaan sampah untuk mengurangi volume dan memberikan dampak ekonomi luas kepada masyarakat.
Anggota DPRD Kabupaten Tegal, A Jafar mengatakan, banyak negara ingin meniru Banyumas dalam mengelola sampah. Karena, Banyumas dinilai sukses menurunkan sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yakni sekitar 9 persen dari total volume sampah.
Atas keberhasilan itu, Kabupaten Banyumas dinobatkan sebagai pengelolaan sampah terbaik se-Asia Tenggara. Berkat kesuksesan tersebut, Kabupaten Banyumas dipilih menjadi tuan rumah Smart Green ASEAN Cities (SGAC) Windows Series yang diikuti delegasi 13 kota dari delapan negara di ASEAN pada September 2023.
“Salah satu kunci keberhasilan Banyumas dalam menekan volume sampah ke TPA, yakni partisipasi masyarakat,” ujar politisi PKB ini.
Dijelaskan, Banyumas sukses mengajak warganya mengelola sampah, melalui Program Sampah Beruang. Selain itu, melalui aplikasi Sampah Online Banyumas (Salinmas) dan Ojeke Inyong (Jeknyong). Program itu dijalankan oleh dikelola Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Masyarakat dapat menjual sampah plastiknya ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). L
“Kita harus tiru pengelolaan sampahnya Banyumas yang telahi ditiru sama daerah-daerah lain?,” ujarnya.
Kini, lanjut dia, pengolahan sampah Banyumas sudah nggak butuh TPA atau metode landfill, soalnya udah lebih dari 90 persen sampahnya bisa terkelola. Selian itu, Banyumas memiliki 29 TPST yang dikelola oleh KSM.
“Kalau dilihat dari bisnis modelnya tuh, ini community driven. Soalnya masyarakat yang membantu pengolahan sampah bisa merasakan manfaatnya karena terlibat langsung dan dapat penghasilan,” jelas dia.
Di TPST, lanjutnya, sampah dikelola dengan memisahkan sesuai jenisnya, organik dan non organik. Untuk sampah organik dijadikan kompos atau diolah dengan maggot. Sedangkan sampah non organik seperti sampah plastik didaur ulang menjadi pelet plastik.
“Sampah-sampah yang nggak bisa dikelola biasanya dijadikan RDF (Refuse Derived Fuel),” terangnya.
Lebih lanjut dikatakan,bBanyumas bisa memanfaatkan teknologi melalui dua aplikasi Salinmas dan Jeknyong. Salinmas itu platform penjemputan dan penjualan sampah dari masyarakat ke Pemkab Banyumas.
“Di situ (Salinmas) ada jenis-jenis sampahnya apa saja yang bisa dijemput dan dijual, nanti kelihatan harganya,” tuturnya.
Sedangkan JekNyong, kata dia, seperti aplikasi ojek online. “Aplikasi Jeknyong ini memberikan lapangan pekerjaan buat abang-abang ojek, buat jemput sampah masyarakat,” ucapnya.
Ditambahkan, program ini sangat bisa diterapkan di Kabupaten Tegal. Namun, dibutuhkan biaya tinggi untuk pengadaan alat dan komitmen Pemkab Tegal untuk menyelesaikan soal persampahan.
“Kami yakin bisa direalisasikan, asalkan ada komitmen bersama untuk menyelesaikan persoalan sampah di Kabupaten Tegal,” pungkasnya. **
Baca Juga