Batang  

Gerakan Anak Muda Berkebaya Diminta Direalisasikan

BATANG, smpantura – Bagi kaum perempuan, kebaya bukanlah sekadar pakaian yang hanya dikenakan di saat momentum tertentu saja, namun memiliki makna keanggunan dan filosofi bagi yang mengenakannya. Anak-anak muda Kabupaten Batang diharapkan bisa menjadi pioner dalam gerakan anak muda untuk berkebaya.

Hal itu mengemuka dalam pengukuhan kepengurusan Kebaya Foundation Kabupaten Batang di aula kantor Bupati Batang, Sabtu (21/9). Hadir dalam acara ini Ketua Umum Kebaya Foundation Tuti Nusandari Roesdiono yang mengukuhkan kepengurusan Kebaya Foundation Kabupaten Batang dibawah kepemimpinan Sri Beny.

” Kami berharap, kepengurusan Kebaya Foundation Kabupaten Batang bisa merealisasikan Gerakan Anak Muda Berkebaya (GAYA),” ujar Tuti Nusandari Roesdiono.

Dia mengatakan, secara nasional, respons positif ditunjukkan oleh kaum muda, pasca dikukuhkannya Kebaya Foundation di berbagai daerah. Dengan dibentuknya GAYA, lanjut Tuti, ini bisa jadi pemicu ketertarikan anak muda pada kebaya. Sama halnya di Kabupaten Batang dalam waktu dekat juga akan dibentuk gerakan yang sama

” Tujuannya agar kebaya sebagai busana hasil akulturasi dari berbagai budaya makin dikenal. Selain itu juga mampu meningkatkan perekonomian Nusantara lewat usaha mikro kecil menengah (UMKM),” tuturnya

Sementara itu Ketua Kebaya Foundation Batang Sri Beny mendukung penuh Gerakan Anak Muda Berkebaya dengan segera mempromosikan gerakan berkebaya pada anak muda Batang. Hal itu akan dimulai  dengan mensosialisasikan ke sekolah-sekolah, untuk dijadikan pembiasaan lewat gerakan Selasa Berkebaya.

BACA JUGA :  32 Mahasiswa Uniss Menimba Ilmu Pengamanan Data ke Coman Center Diskominfo Batang

” Pembudayaan itu akan dilakukan mulai dari anak-anak hingga dewasa, agar terbiasa mengenakan kebaya,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Ketua 1 Kebaya Foundation GRAy Febri Hapsari Dipokusumo mengatakan, agar remaja putri terbiasa mengenakan kebaya, itu harus dimulai dari ibunya juga harus membiasakan diri mengenakan kebaya. Ibu adalah contoh nyata, jadi mari para perempuan Indonesia, tidak hanya menonjolkan kepandaiannya, tapi yang terpenting membangun mental dan karakter ketimuran.

Dirinya menejelaskan, apabila kebaya akan dikenakan saat upacara adat di keraton manapun, itu memiliki pakem yang tidak dibolehkan dihilangkan. Motif batiknya tidak boleh Parang dan Lereng begitu masuk Keraton Surakarta maupun Yogyakarta, berkonde dengan model tertentu, serta kebaya tidak boleh bermotif lurik dan panjang.  Setidaknya harus mengenakan kebaya Kartini sedikit bermotif Kutu Baru.

” Namun dikarenakan perkembangan zaman, dikembangkan pula motif baru. Diantaranya Kutu Baru, Labuh dari Riau, Encim dan yang sedang digandrungi kebaya Gulon yang tertutup sebagai alternatif bagi yang berhijab,” katanya. (**)

Baca Juga

Loading RSS Feed
error: