SLAWI, smpantura – Ecoprint sebagai teknik perwarnaan yang biasa diaplikasikan untuk membuat motif pada kain dan kulit, kini terus berkembang. Teknik ini, tenyata bisa juga diaplikasikan pada tumbler stainless steel.
Tumbler ecoprint ini, sekarang banyak diminati konsumen, karena memiliki motif yang unik dan otentik. Bisa berupa motif daun dengan warna-warna alami atau motif lainnya.
Salah satu pembuat tumbler ecoprint adalah Fica Ariyanti S. Pemilik Shanum Ecoprint and Craft ini telah membuat ratusan tumbler dan dijual ke berbagai kota. Ia mengaku, usaha membuat ecoprint ditekuni sejak tahun 2018. Berawal dari belajar ecoprint yang diaplikasikan pada kain sutera, kini wanita asal Randugunting, Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal ini telah banyak membuat berbagai produk ecoprint seperti syal, kerudung, pakaian, tas, sepatu (sneaker), sarung bantal, kertas dan tumbler atau termos minum.
Ide membuat tumbler ini, ucap Fica, muncul pada masa pandemi Covid-19. Pada saat itu, tumbler banyak digunakan masyarakat untuk mencegah penularan Covid-19. Suatu ketika, Fica mendapat tumbler polos berlogo salah satu instansi di Kabupaten Tegal.
“Kayaknya bagus nih diberi motif daun. Kemudian saya tempeli daun dan proses pewarnaan dengan menggunakan ecoprint. Tumbler saya kukus selama dua jam beserta kain, setelah dibuka tampak daunnya,” tuturnya.
Sudah ratusan tumbler telah dipasarkan ke berbagai pelosok anah air. Sebagian adalah pesanan dari komunitas dan lembaga, serta untuk digunakan sendiri. “Waktu lebaran kemarin, ada yang pesan untuk bingkisan acara reuni-an,” tutur Fica.
Saat ditemui di gerainya di Perumahan Pesona Abadi Blok E-1 nomor 13, Desa Slawi Kulon, Kabupaten Tegal, belum lama ini, Fica tampak sibuk membuat tumbler ecoprint. Beberapa lembar kain berukuran 15×15 sentimeter yang telah melalui proses pewarnaan dengan bahan alami telah disiapkan olehnya di dalam sejumlah baskom plastik.Di antaranya telah diwarnai dengan menggunakan kayu tingi, teger dan secang, sesuai dengan warna yang diinginkan.
Kain itu ditata di lantai, kemudian diatasnya diberi beberapa lembar daun, seperti daun jati, lanang kuning dan ecaliptus. Selanjutnya ia mengambil satu buah tumbler polos. Tumbler itu dimasukkan ke dalam larutan tunjung (Fe) atau tawas. Fungsi larutan tunjung untuk mendapatkan efek warna lebih gelap, sedangkan larutan tawas untuk mendapatkan warna lebih terang.Tumbler itu kemudian digulingkan ke atas daun dan kain. Tumbler yang telah diselimuti kain, kemudian dibungkus platik berwarna hitam yang sebelumnya telah dikukus, kemudian direkatkan dengan selotip.
Proses selanjutnya adalah pengukusan. Tumbler yang diselimuti kain dan plastik hitam ini dikukus selama dua jam di dalam dandang. Setelah dua jam, tumbler diangkat dan dibuka bungkusnya lalu dibilas. Hasilnya, tumbler yang semula putih polos, kini sudah dihiasi gambar daun dengan warna alami, seperti merah muda, ungu dan coklat.
Tak hanya menjual tumbler yang sudah diwarnai, Fica juga kerap mendapat pesanan tumbler polos yang sudah melalui proses coating. Biasanya, pemesan ingin melakukan praktek pewarnaan sendiri.
“Biasanya konsumen memesan melalui aplikasi Shopee atau facebook,” sebut Fica.
Selain tumbler yang dibanderol dengan harga Rp 100 ribu per buah, produk ecoprint buatan Fica seperti syal sutera, tas ransel kulit dan tas kain sudah menembus pasar luar negeri diantaranya ke negara Perancis. “Ada teman yang membawa produk saya kesana. Ternyata sambutan di sana luar biasa. Bahkan mereka memesan lagi,” terangnya.
Wanita kelahiran 25 Juli 1982 ini, sekarang dipercaya sebagai Ketua Asosiasi Eco Printer Indonesia (AEPI) Jawa Tengah periode 2021-2025. Dia kerap menggelar workshop secara offline maupun online. Selain itu, menggelar pameran di berbagai daerah. Produk ecoprint berupaka pakaian jadi pernah dipamerkan pada saat peluncuran Program Wirausaha Pemuda 2022 di Gedung Dadali Pemkab Tegal, Inacraft di Jakarta Convention Center dan Tasyakuran Hari Koperasi Nasional ke-75 di Taman Rakyat Slawi Ayu.
Bersama kelompok binaan “EcoNation” yang beranggotakan 15 orang, Fica rutin mengadakan pelatihan ecoprint baik di gerainya maupun di rumah anggota kelompok. “Latihannya membuat sarung bantal, kain , tas. Nanti peserta membuat sendiri di rumah, hasilnya dipasarkan,” imbuh Fica.
Untuk kelangsungan usahanya, di halaman rumahnya ditanami aneka tanaman yang daunnya bisa dimanfaatkan untuk membuat kerajinan ecoprint. Daun-daun yang telah digunakan, nantinya dimasukan ke dalam komposter. Kompos yang dihasilkan untuk memupuk tanaman di rumahnya. (T04_red)