Monumen Yos Sudarso : Nyali Laut Aru Abadi di Kota Bahari

TEGAL, smpantura – DI TENGAH hiruk-pikuk lalu lintas Kota Tegal, berdiri tegak sebuah monumen yang menjadi saksi bisu semangat juang seorang pahlawan laut bangsa. Monumen Yos Sudarso, yang terletak strategis di kawasan Balai Kota Lama atau Lawas (Balwas) Jalan Pemuda, Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal, bukan sekadar tugu peringatan.

Dia adalah pengingat akan keberanian, pengorbanan dan semangat patriotik Komodor Yosophat (Yos) Sudarso, seorang perwira tinggi Angkatan Laut yang gugur dalam Pertempuran Laut Aru pada 15 Januari 1962.

Monumen yang diresmikan pada tanggal 15 Januari 1969 oleh Deputi Khusus, Laksamana Muda Laut Suharno ini menampilkan patung dada Komodor Yos Sudarso dalam balutan seragam militer lengkap.

Dengan wajah tegas menatap ke arah laut, monumen ini seolah ingin menyampaikan pesan bahwa perjuangan untuk kedaulatan negeri seperti samudera yang begitu luas dan tidak pernah usai untuk diarungi.

Monumen ini bukan sekadar ornamen kota. Ini adalah monumen hati masyarakat Tegal terhadap semangat juang para pahlawan, khususnya Yos Sudarso yang mewakili heroisme TNI Angkatan Laut (Lanal).

Sejak dibangun, monumen itu telah menjalani renovasi dari Komando Pengembangan dan Pendidikan TNI AL pada 5 Mei 2012 dan diresmikan oleh Komandan Kobangdikal, Laksamana Muda TNI, Sadiman.

Dibangun tidak jauh dari pusat pemerintahan kota terdahulu, keberadaan monumen ini juga mempertegas peran penting Kota Tegal sebagai bagian dari sejarah maritim Indonesia. Sebagai kota pelabuhan sejak era kolonial, Tegal memiliki ikatan kuat dengan dunia kelautan, menjadikan monumen ini relevan baik secara historis maupun kultural.

Selain itu, Tegal juga berkaitan erat dengan sejarah awal pembentukan TNI Angkatan Laut. Bahkan, Lanal Tegal yang awalnya bernama Pangkalan Corps Armada (CA-IV) Tegal, berdiri sejak 14 Oktober 1945 setelah 58 hari kemerdekaan Republik Indonesia.

Kota ini juga menjadi salah satu pangkalan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) atau penyebutan sebelum menjadi TNI AL terbesar, periode perang kemerdekaan pada tahun 1945-1950. Sebagai basis ALRI, Tegal sendiri juga menjadi tempat lahirnya Korps Marinir pada 15 November 1945.

Sementara, Pertempuran Laut Aru terjadi pada malam 15 Januari 1962, saat Indonesia sedang memperjuangkan kembalinya Irian Barat (kini Papua) ke pangkuan ibu pertiwi.

Dalam misi penyusupan ke wilayah tersebut, tiga kapal cepat Angkatan Laut Republik Indonesia yakni RI Macan Tutul, RI Macan Kumbang dan RI Harimau, terlibat dalam kontak senjata dengan kapal perang Belanda.

Komodor Yos Sudarso yang saat itu menjabat sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Laut memimpin langsung misi tersebut dari atas RI Macan Tutul. Saat pertempuran berlangsung sengit, kapal yang dinahkodai terkena tembakan dan tenggelam di Laut Aru. Komodor Yos Sudarso gugur bersama sebagian besar anak buah kapalnya.

“Yang membuat Yos Sudarso begitu dikenang bukan hanya karena pangkat dan jabatannya, tapi karena dia turun langsung ke medan perang dan gugur bersama pasukannya. Itu simbol kepemimpinan sejati,” kata Pegiat Sejarah Tegal, Bijak Cen Sukarno.

BACA JUGA :  Mitos Larangan Memotong Kuku di Malam Hari, Dipercaya Memperpendek Umur

Meski bukan kelahiran Tegal, Yos Sudarso memiliki tempat istimewa di hati kota berpenduduk 293.820 jiwa ini. Tegal, yang dikenal dengan pelabuhannya serta Sekolah Pelaut Tegal sejak masa Hindia Belanda, memiliki tradisi maritim yang kuat. Tidak heran bila warga dan pemerintah setempat menjadikan monumen ini sebagai penghormatan simbolik bagi pahlawan laut Indonesia.

Berdasarkan data sejarah di Bidang Penerangan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Tegal, Komodor Yos Sudarso yang lahir di Salatiga pada 24 November 1925 itu pernah menjalani pendidikan militer Latihan Opsir di Kalibakung.

Dari catatan Arsip Kementerian Pertahanan Nomor 269 menyebut bahwa Latihan Opsir Kalibakung diikuti sekitar 55 orang, salah satunya adalah Yos Sudarso hingga A.F Suak.

Menurut Bijak Cen Sukarno, keberadaan Monumen Yos Sudarso di Kota Tegal sangatlah penting sebagai pengingat sejarah sekaligus sarana edukasi kepada masyarakat, khususnya anak muda. Beberapa kali, dia juga menginisiasi perjalanan wisata sejarah dengan mengunjungi gedung-gedung bersejarah di Kota Tegal, seperti Monumen Yos Sudarso.

“Lokasi monumen sangat strategis, karena berada di kawasan bangunan Belanda, seperti Rumah Pribadi Resident Huis atau Resident Tegal yang dibangun oleh Mathjis Willem de Man yang sekarang digunakan sebagai Gedung DPRD Kota Tegal, Kantor Pos yang dulu digunakan sebagai markas angkatan laut Belanda dan Gedung Lanal Tegal yang pada tahun 1914 difungsikan menjadi bank bernama NV Handelsbank Matschappij,” jelasnya.

Pada tubuh monumen terdapat relief pada sisi Barat dan Timur yang mengisahkan perjuangan Komodor Yos Sudarso dengan RI Macan Tutul. Kemudian terdapat nama-nama seluruh kru RI Macan Tutul sejumlah 25 orang, termasuk Yos Sudarso, lengkap dengan pangkat dan nomor registrasi pokok (NRP). Sedangkan pada sisi bagian belakang atau Selatan, bersandar sebuah jangkar berukuran besar.

Ditambahkan Bijak Cen Sukarno, pada mulanya Monumen Yos Sudarso merupakan Monumen Ir. G. Lamminga yang dibangun untuk mengenang Ir. G. Lamminga, sebagai insinyur Belanda yang berjasa dalam bidang irigasi dan perairan di wilayah Tegal dan sekitarnya.

“Dari catatan sejarah pada tahun 1930-an, dibuat tugu sebagai penghormatan kepada Ir. G. Lamminga yang memiliki ahli di bidang irigasi. Salah satunya membuat irigasi agar Kantor Resident Tegal tidak terendam banjir. Namun pada akhirnya monumen itu digantikan menjadi Monumen Yos Sudarso. Baik Monumen Lamminga maupun Yos Sudarso, sama-sama memiliki nilai perjuangan, yang perlu kita jaga, rawat dan kenalkan kepada masyarakat luas,” jelasnya.

Dalam konteks kekinian, perjuangan Komodor Yos Sudarso dan keberadaan monumennya di Tegal menjadi pengingat pentingnya membangun kembali kejayaan maritim Indonesia. Di tengah tantangan geopolitik dan eksploitasi sumber daya laut, semangat pengabdian tanpa pamrih seperti yang ditunjukkan Yos Sudarso patut dijadikan inspirasi.

Melalui Monumen Yos Sudarso, Kota Tegal tidak hanya mengenang masa lalu, tapi juga menyuarakan masa depan bahwa semangat laut dan patriotisme harus terus dijaga, diwariskan dan dibangkitkan kembali. (**)

error: